
Kali
ini juga bukan kisahku sendiri yang akan kuceritakan, tapi tentang Wen,
temanku di kota N dulu, yang sekarang telah duduk di kelas II SMP,
ketika aku bertemu beberapa waktu yang lalu saat aku berkunjung ke
tempat pamanku di sana. Meski saat itu hubungan antara keluargaku dan
keluarganya sedang tidak begitu baik karena ada masalah, tapi kami
sempat bertemu dan mengobrol banyak tentang dirinya, sehingga aku dapat
menuliskannya dalam beberapa cerita, di antaranya adalah yang berikut
ini.
*****
Menurut Wen, sepeninggalku dari sana, banyak kejadian yang dialaminya,
terutama mengenai kehidupan seksualnya. Salah satunya adalah kejadian
ini yang terjadi hampir setahun lalu.
Menurutnya waktu itu dia baru saja disunat, dan setelah sembuh, banyak
teman yang menggodanya agar mencoba memakai burungnya untuk melakukan
hubungan seks, menurut mereka sebagai pemanasan atau percobaan atau
apalah istilahnya. Demikian pula di sekolah, banyak teman-temannya yang
menawarinya hal-hal yang berbau seks, terutama majalah porno,
cerita-cerita stensilan, VCD BF dan lain sebagainya. Wen mengganggapnya
biasa saja, karena anak baru gede pasti begitu, demikian pula dirinya,
kadang-kadang dia juga onani kalau sedang bernafsu, apalagi kalau soal
melakukan seks, dia pernah juga melakukannya meskipun tidak normal
seperti dalam berburu burung.
Keluarga Wen terdiri dari empat orang, yaitu orang tua, kakak cewek
satu-satunya, Ris namanya yang masih duduk di kelas III SMU, dan Wen
adalah bungsu. Papa dan Mamanya adalah PNS. Sebuah keluarga yang bahagia
sebenarnya, hanya saja banyak orang yang bilang bahwa mamanya agak gila
dan sering kambuh jika keinginannya tidak terpenuhi. Tetapi meski
begitu Mamanya sangat menyayanginya, sehingga Wen tumbuh menjadi anak
yang manja dengan Mamanya.
Waktu itu bertepatan dengan ulang tahun Mamanya, setelah pesta
kecil-kecilan yang dilakukan sepanjang sore hingga malam, seluruh
anggota keluarga Wen minum suplemen makanan untuk menjaga kesehatan dan
capeknya cepat hilang, meski besoknya hari Minggu, karena biasanya hari
itu malah banyak acara terutama acara keluarga. Namun efek yang
dirasakan Wen agaknya lain, dia jadi enggak bisa tidur, sudah tiduran
beberapa lama tetap saja dia tidak bisa memejamkan matanya. Akhirnya dia
mencoba onani saja biar capek sekalian tapi bisa cepat tidur dan
istirahat, seperti yang hari-hari biasa dia lakukan onani bila tidak
bisa tidur.
Wen melepasakan seluruh pakaiannya seperti biasa, agar tidak terkena
cipratan sperma, sebagai gantinya diambilnya sapu tangan untuk tempat
menampung keluarnya sperma nantinya. Kemudian dia telanjang, diranjang
dan diletakkannya saputangan diatas perutnya dan dia mulai meremas
kelaminnya, mengocok penisnya pelan-pelan, diselingi mengusap dadanya
sambil membayangkan film-film porno yang pernah ditontonnya atau
mengingat apapun yang dapat menimbulkan nafsunya. Hingga tak lama
kemudian mulai dia mempercepat kocokannya karena nafsunya sudah
membumbung dan rasanya spermanya juga mau segera keluar, tiba-tiba dia
mendengar langkah kaki menuju kamarnya. Sudah begitu dia baru ingat kalo
lupa mengunci pintu, mau menuju pintu untuk mengunci langkah itu sudah
didepan pintunya, tanpa pikir panjang diapun langsung menutupi tubuhnya
dengan selimut, karena paling-paling yang datang Mamanya.
Ternyata benar Mamanya, Wen pun pura-pura tidur dengan agak memicingkan
mata agar bisa memperhatikan apa yang dilakukan Mamanya, meski penisnya
bekedut-kedut karena mau keluar sperma dia coba menahannya. Mamanya
menuju ke ranjangnya, dan duduk ditepi kemudian mencium keningnya, terus
berusaha merapikan selimutnya. Saat itulah terlihat penis Wen yang
tegang terlihat Mamanya.
Loh anak ini kok tidur telanjang sih, gumamnya.
Kontolnya mengacung menantang lagi, sambil memperhatikan anak lelakinya itu.
Wen diam saja.
Ehm ini keluar cairannya lagi, katanya lagi sambil memegang penis Wen.
Saat itulah Wen pura-pura terbangun.
Ada apa Ma?, tanya Wen pura-pura terkejut dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
Kamu itu lho, tidur kok gak pake baju, emang kepanasan, nanti malah
masuk angin lagi, apa kamu memang lagi main-main dengan kontolmu itu?,
tanya mamanya memberondong.
Iya Ma, Wen mau onani, tapi keburu Mama datang, Wen tidak bisa mengelak.
Tadi Wen gak bisa tidur sih Ma
Ooo begitu, ya sudah kalau begitu biar Mama bantu, sambil berusaha meraih dirinya.
Tapi, enggak usah Ma, entar
Nggak usah tapi-tapian, potong mamanya.
Tangannya pun sudah meraih penis Wen dan mulai mengocoknya. Wen hanya
bisa diam dan keheranan dengan apa yang dilakukan mamanya, hingga tak
lama kemudian sudah terdengar desisnya yang tak jelas dari mulut Wen.
Wen, kontolmu besar juga ya?, puji mamanya.
Dikocokin sama Mama enak ya?.
Wen hanya mengangguk dan menatap langit kamar sambil membuka mulutnya mengeluarkan desisan.
Kalo mama beginikan, gimana?, katanya seraya mendekatkan kepalanya ke
selangkangan Wen dan memasukkan penis anaknya itu ke mulutnya, dikulum
beberapa saat kemudian dihisapnya dalam-dalam sebelum menjilatinya.
Kali ini Wen tidak hanya mendesis tapi bersuara meski ditahannya sehingga tak jelas didengar,
Ma enak banget Ma, ah uhh, gumamnya sambil berkelojotan, menggoyang
pinggulnya ke kanan dan ke kiri, sementara nafasnya memburu tak
beraturan.
Ehm ehm, ternyata begini ya? yang dilakukan mama dan anaknya?
Tiba-tiba suara papanya sudah ada di belakang meraka, mereka tak menyadari karena terlalu keasikan.
Papa ucap Wen dan mamanya hampir bersamaan.
Ini Pa, anakmu kan sudah gede nih, belum tahu namanya seks, jadi mama
coba ajari biar gak kuper sekalian ngetes normal nggak dia, kata
Mamanya.
Ooo gitu, tapi kok sampai kayak gitu
Biar dia juga punya pengalaman, kan lebih baik kita yang memberitahu,
daripada orang lain yang mengajarinya entar malah salah, jelas mamanya
sambil melanjutkan mengulum penis anaknya itu.
Ya sudah, biar Papa lihat, meski begitu terlihat celana kolornya agak menonjol tidak seperti biasanya.
Agaknya papanya juga terangsang melihat apa yang dilakukan Mama dan Wen
atau memang sedang bernafsu ingin bersetubuh. Kemudian dia mendekatkan
mulutnya ke kepala Mama.
Ma, sebenarnya Papa juga pingin, bisiknya.
Papa sudah terangsang nih
Ya gantian ya Pa, jawab Mama.
Sementara Wen yang dari tadi hanya mendengarkan saja sudah nggak tahan
spermanya mau keluar, hingga kemudian diapun memberitahu mamanya.
Ma, Wen mau keluar nih
Tahan dulu, mamanya mengeluarkan penisnya dari mulutnya, kemudian dia
melepaskan daster tidurnya, kemudian BH-nya dan terakhir celana
dalamnya.
Melihat itu Papanya langsung protes.
Ma, apa-apaan sih kok ikutan telanjang juga?
Lho pa, kan sekalian, biar dia tahu semuanya, Papa sekalian sini deh
Ma, Wen kan anak kandungmu, masak kamu mau melakukan sama dia, sambil mendekati istrinya.
Pa, biar dia tahu, lagian hari ini ulang tahun mama, sekali ini saja deh Pa, rayu mama.
Mama memang gila, tapi terserah mama deh
Thanks Pa, ucap mama, sambil mencium suaminya.
Papa mau kan sekalian melakukannya disini?.
Tanpa menunggu jawaban dari suaminya dia merebahkan tubuhnya telentang di ranjang di hadapan dua laki-laki itu.
Wen, sini sayang, gantian ini tetek Mama kamu isep ya
Wen segera menyodorkan kepalanya ke dada Mamanya, terus mulai menghisap
payudara mamanya yang sudah agak kencang karena sudah mulai terangsang.
Sedangkan Papanya sekarang sudah melepas celananya sehingga telanjang
juga.
Pa, Mama dikerjain dong, pintanya.
Papanya pun langsung menuju ke arah selangkangannya dan mulai
menjilatinya, bahkan kadang-kadang menghisapnya, sehingga suasana
semakin panas saja. Mamanya yang mulanya hanya mendesis ringan tak
jarang mengeluarkan jeritan kecil saat vaginanya dihisap suaminya,
sambul tangannya sibuk meremas pantat Wen dan juga mengocok penis Wen
agar tetap menegang.
Ah ah uh Pa, sebentar Pa beri kesempatan Wen dulu Pa, kata Mama tertahan.
Biar Wen merasakan memek mamanya Pa.
Papanya pun segera bergeser. Demikian pula dengan Wen.
Wen, sayang, dulu kamu lahir dari lubang ini, sekarang coba kamu rasakan nikmatnya memek Mama!, ucap Mama.
Sekarang masukkan kontolmu ke lubang Mama Ya Wen, Mama sudah nggak tahan nih!
Ya, Ma, ujar Wen sembari mengarahkan penisnya yang mengacung ke selangkangan Mamanya.
Setelah tepat di depan lubang vagina Mamanya didorongnya penisnya agar
masuk, tapi Sret penis Wen meleset, karena memang bibir vagina mamanya
sudah agak licin setelah dijilati Papanya, kemudian dicobanya lagi,
gagal lagi, hingga kemudian dia dibantu Papanya.
Coba Papa bantu, katanya sambil memegang penis Wen dan mengarahkan ke vagina istrinya
Sekarang dorong kontolmu, Wen!.
Dan Bless penis Wen masuk ke vagina mamanya.
Ahh hampir bersamaan suara Wen dan Mamanya mendesah merasakan sensasinya.
Sekarang maju mundurkan kontolmu di memek mama sayang, pinta Mamanya.
Wen pun langsung tancap gas, dimaju mundurkannya penisnya, mula-mula
pelan-pelan kemudian semakin agak cepat, membuat mamanya semakin
mendesak keenakan.
Gimana sayang rasanya, sayang?
Enak banget Ma, jawab Wen sambil mendengus.
Papanya pun mulai beraksi lagi, disodorkannya penisnya ke mulut mamanya yang sedang menikmati kocokan penis anaknya.
Ma, sekarang sambil isep kontol Papa dong.
Mama pun langsung memasukkan penis suaminya itu ke mulutnya. Melihat
adegan yang dilakukan Papa dan Mamanya tersebut membuat Wen semakin
terangsang, sehingga dia semakin mempercepat kocokannya di vagina
Mamanya, sehingga terdengar bunyi ketika pahanya bertatapan dengan paha
mamanya yang mekangkang. Mamanya juga tak segan-segan mendesah atau
menjerit kecil ketika dia keenakan, demikian pula papanya yang berulang
kali mendengus panjang ketika penisnya dihisap istrinya, demikian pula
Wen yang terus mengocok penisnya di vagina Mamanya.
Terus sayang, cepat sedikit sayang, Mama Mau keluar nih, kata Mamanya mendesah.
Wen pun agak mempercepat kocokannya, Terlihat Mamanya kelojotan, goyang
kanan, dan ke kiri memainkan pinggulnya sambil terus mengulum penis
Papa. Sesaat kemudian Mamanya merapatkan pahanya sehingga menjepit
tubuhnya. Wen merasakan ada cairan hangat yang keluar dari dalam vagina
mamanya, tapi dia tidak peduli, dia terus memaju-mundurkan
penisnya,hingga mamanya kelihatan melemas.
Ma,aku mau keluar Ma, tiba tiba Wen berteriak.
Tahan Wen, jangan dikeluarkan di dalam, biar Mama isep lagi saja
Wen segera menarik keluar penisnya dari vagina mamanya, Plub terdengar
suara penisnya keluar dari vagina Mamanya, terlihat penisnya yang
memerah berkilat-kilat karena terkena cairan vagina Mamanya.
Pa, ganti posisi Pa, katanya sambil bangkit dari telentangnya.
Sini wen kamu ganti yang telentang
Wen pun jadi telentang, penisnya yang mengacung itupun langsung dikulum
oleh mamanya, sementara Papanya mengambil tempat di belakang Mamanya dan
langsung memasukkan penisnya ke vagina istrinya dari belakang.
Ughk, desah mamanya ketika penis suaminya memasuki vaginanya.
Papanya kemudian terus mengocokkan penisnya.
Sementara hanya bisa mendesah dan bersuara ah uh ugh ketika Mamanya
menghisap penisnya semakin panjang saja, hingga dia tidak bisa menahan
keluarnya spermanya lagi.
Ma, ah uh ahk Ma aku keluar.., Maa
Seiring menyemburnya cairan putih kental dari penisnya, banyak sekali
spermanya yang keluar di mulut mamanya yang langsung ditelan Mamanya,
bahkan sampai ada yang keluar dari mulutnya, sedangkan yang masih
tertinggal di penisnya dijilati Mamanya sampai bersih tak tersisa. Wen
pun mulai melemas.
Ma, enak banget Ma, desah Wen.
Mamanya memberikan isyarat kedipan matanya dan mencium bibirnya dengan mesra.
Tak lama kemudian Papanyapun mencabut penisnya dari vagina mamanya itu
dan mengacungkan didepan mulutnya, dan dengan sedikit kocokan keluarlah
cairan putih kentalnya yang menyembur ke wajah istrinya bahkan ada yang
mengenai wajah Wen, sebagian masuk ke mulut istrinya dan ditelannya,
kemudian Mama mengulum dan menghisap penis suaminya itu dan
dibersihkannya penisnya dari sisa sperma yang masih menempel, sedangkan
yang ada di wajahnya diratakannya dengan mengusap wajahnya hingga
kelihatan bersih. Terlihat Papa dan mamanya puas dengan apa yang baru
saja dilakukannya.
Dengan masih telanjang ketiganya kemudian terbaring kelelahan, kemudian
mereka berpelukan bertiga, Wen yang berada ditengah-tengah Papa dan
Mamanya merasa kebahagiaan yang luar biasa saat itu dan akhirnya
ketiganya ketiduran hingga keesokan harinya. Benar-benar malam yang
penuh kenikmatan. Begitu seperti yang diceritakan Wen kepada Fikki.
Aku hanya bisa berkata, Gila..!.
- Tamat -